Buah Kemiri Sunan Sebagai Sumber Energi Alternatif Pengganti BBM
Pendahuluan
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi bersama-sama. Kenaikan harga minyak dunia (27/3) yang telah mencapai 125 dollar AS per barel akibat kekhawatiran tidak stabilnya keuangan Eropa, ditambah keputusan beberapa negara menghentikan ekspor minyak dari Iran berdampak kepada membengkaknya beban subsidi pemerintah untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam APBN 2012.
Masalah ini memang pelik sebagaimana dampak kenaikan harga BBM, yang masih menunggu keputusan Sidang Paripurna DPR pada Jumat (30/3) ini, dari Rp 4.500/liter menjadi Rp 6.000/liter yang akan berlaku per 1 April 2012.
Gejolak harga minyak mentah dunia yang terus meningkat, memerlukan langkah-langkah strategis dalam mengatasinya. Salah satunya melalui upaya penghematan yang seharusnya kita gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber pengembangan energi alternatif yang dapat diperbarui/terbarukan(renewable).
Salah satu energi terbarukan yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai potensi wilayah di Indonesia terutama di pedesaan adalah Buah Kemiri Sunan, yang merupakan salah satu jenis tanaman yang menghasilkan buah mengandung minyak nabati dan potensial digunakan sebagai bahan baku pengganti solar (biodesel).
1. Energi Alternatif
Populasi tanaman Kemiri Sunan yang memiliki nama latin (reutealis trisperma) telah menyebar hampir di beberapa daerah di Indonesia. Pada awalnya bertujuan untuk penghijauan dan reboisasi hutan serta dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah yang memiliki drainase baik di ketinggian maksimun 700 meter diatas permukaan laut, sehingga dapat tumbuh hampir di setiap lahan wilayah Indonesia. Kemiri Sunan pertama kali dikembangkan oleh bangsa Cina untuk memenuhi kebutuhan minyak Tung Oil pada abad ke-18 digunakan sebagai pengawetan kayu pada kapal-kapal phinisi. Dalam perkembangannya kemudian menyebar sampai wilayah Indonesia.
Sumber Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi tahun 2012, menginformasikan, data sebaran pohon kemiri sunan ada di Jakarta sebanyak 3.500 pohon, Bekasi sebanyak 30.000 pohon, Kuningan sebanyak 10.000 pohon, Majalengka sebanyak 10.000 pohon, Jati Gede sebanyak 10.000 pohon, Bandung sebanyak 3.000 pohon, Ngawi sebanyak 40.000 pohon, Lamongan sebanyak 13.000 pohon, Nusa Penida-Bali sebanyak 15.000 pohon, Lombok sebanyak 14.500 pohon dan Timor sebanyak 20.000 pohon.
Potensi buah kemiri sunan yang memiliki nilai ekonomis, ramah lingkungan serta tersedia melimpah mulai dikembangkan menjadi alternatif minyak nabati non pangan untuk sumber energi terbarukan telah dikembangkan di Pondok Pesantren Sunan Drajat, di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Saat ini, pohon kemiri Sunan yang tumbuh dan berada di sekitar pondok pesantren sebanyak 5.000 pohon yang ditanam sekitar tahun 2009 dan setelah berumur 3 tahun sudah berbunga dan menjadi buah.
Proses pengolahan kemiri sunan menjadi biodiesel relatif sederhana, yaitu: dari biji kering diproses menjadi kernel dan di press untuk menghasilkan minyak mentah, kemudian dilakukan proses pemurnian dengan menggunakan alat lokal buatan sendiri untuk menghasilkan biodiesel.
Dari hasil penelitian membuktikan bahwa biji Kemiri Sunan dari hasil panen seluas 1 hektar akan menghasilkan 6.000 liter biodiesel, sedangkan produk olahan sampingan dari setiap 3 kg bungkil tersebut akan memperoleh 1,5 m3 biogas atau setara dengan 1 liter minyak tanah.
2. Manfaat Kemiri Sunan
Kemiri Sunan akan memberikan manfaat/multiflier effect bagi masyarakat setempat sehingga sangat memungkinkan untuk dikembangkan, antara lain:
a. Tanaman Konservasi Reforestasi dan Pemanfaatan Lahan Kritis, dikarenakan mempunyai dahan yang lebat, rapat dan lebar mampu menahan tetesan air hujan jatuh langsung ke tanah sehingga akan mengurangi dampak erosi serta meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah; sifatnya dapat mengikat jumlah karbondioksida dan menghasilkan oksigen dalam jumlah cukup besar sehingga mampu mengatasi masalah global warmingsekaligus memberikan manfat dari carbon trade; akar tunggang yang mampu menyimpan air sekaligus dapat mencegah bahaya longsor; memperbaiki lahan kritis dan mendayagunakan lahan terlantar.
b. Menghasilkan Energi Alternatif, dikarenakan inti biji kemiri sunan dapat diproses menghasilkan energi terbarukan pengganti solar (biodiesel), dan sisa olahannya berupa gliserol dapat dipergunakan untuk pembuatan sabun mandi, serta minyaknya dapat diproses menjadi bahan baku bagi pembuatan vernis, cat, bahan pengawet, tinta dan bio-peptisida.
c. Membangun Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, dikarenakan mempunyai manfaat ganda baik manfaat secara tidak langsung dan langsung.
1) Manfaat Tidak Langsung
a) Membantu masyarakat menggunakan bahan bakar alternatif terbarukan dan sekaligus dapat menghemat pengeluaran komsumsi bahan bakar minyak tanah dengan menggunakan biomas atau sisa prescake diolah menjadi briket, serta dapat diproses menjadi biogas dan langsung dipakai mempergunakan kompor biogas;
b) Mandiri pupuk organik yang diperoleh dari daun yang rontok di musim kering dan biomas daging buah digunakan sebagai kompos;
c) Membangun industri pengolahan biji kemiri sunan menjadi minyak KS (crude oil). Dengan demikian sampah pengolahan seluruhnya dapat dimanfaatkan masyarakat.
2) Manfaat Langsung
a) Dengan asumsi produktivitas per pohon kemiri sunan yang berumur (> 8 tahun) mencapai 300 kg biji kering per tahun dan harga sebesar Rp 500/kg, maka dari 1 (satu) pohon akan diperoleh pendapatan sebesar Rp. 90.000 s/d Rp 150.000 per tahun;
b) Jika per hektar ditanami sebanyak 50 pohon, maka akan diperoleh pendapatan sebesar Rp 4.500.000 s/d Rp 7.500.000 per tahun;
c) Jika jalan di suatu desa ditanami sebanyak 100 pohon per kilometer, maka akan diperoleh pendapatan asli desa sebesar Rp. 9.000.000 per tahun.
Kesimpulan
Dengan melihat kecendrungan harga dan komsumsi BBM yang terus meningkat, maka penggunaan biodiesel bersumber dari pohon kemiri sunan perlu dipertimbangkan untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan kemiri sunan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, ramah lingkungan, serta tersedianya jumlah sumberdaya sehingga dapat dipergunakan sebagai alternative minyak nabati non pangan untuk sumber energy terbarukan.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking